Pelaksanaan FMD kali ini disusun dengan mempertimbangkan aspek psikologis, fisik, serta dinamika kerja pegawai pemasyarakatan. Sejumlah aktivitas dipilih untuk memberikan efek pelatihan yang komprehensif. Lomba gapyak menjadi aktivitas yang menuntut strategi berpikir cepat dan kolaborasi tim. Sementara flying fox digunakan sebagai media pelatihan keberanian serta mental ketangguhan. Permainan lempar tepung mencairkan suasana dan membangun pendekatan emosional yang lebih manusiawi antarpegawai, sehingga hubungan kerja menjadi lebih efektif.
Dalam konteks pembinaan disiplin, pelaksanaan PBB menjadi bagian penting. Melalui kegiatan tersebut, nilai-nilai dasar kedisiplinan, kepatuhan, dan ketepatan dalam menerima instruksi kembali ditanamkan sebagai karakter dasar yang harus dimiliki pegawai pemasyarakatan. Setelah seluruh rangkaian berlangsung, kegiatan ditutup dengan pembagian doorprize sebagai bentuk apresiasi bagi para pegawai yang mengikuti kegiatan dengan penuh dedikasi.
Kalapas Pemuda Plantungan, Suharno, S.H., M.H., menyampaikan bahwa kegiatan FMD merupakan instrumen manajerial yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan SDM pemasyarakatan.
“Tantangan tugas pemasyarakatan tidak hanya menuntut kemampuan teknis, tetapi juga kekuatan fisik, kesiapan mental, dan kedisiplinan yang konsisten. FMD menjadi salah satu cara untuk meneguhkan kembali nilai-nilai tersebut. Selain itu, kegiatan ini menjadi ruang yang efektif untuk memperkuat hubungan kerja antarpegawai, membangun kepercayaan, serta meningkatkan fungsi koordinasi,” ujarnya.
Suharno berharap kegiatan FMD terus digelar secara berkelanjutan agar kualitas pegawai semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Zen
0 Komentar