Demi Rauk untung besar Proyek Revitalisasi SDN 1 Keduanan-Depok, Dugaan Gunakan Pasir Asal-asalan Disorot

Kabupaten Cirebon, Liputan12.com — Proyek revitalisasi gedung SDN 1 Keduanan, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, kini tengah menjadi sorotan publik. Pembangunan yang seharusnya memberikan manfaat bagi dunia pendidikan justru menuai kritik tajam dari warga sekitar, terutama terkait dugaan penggunaan material pasir (Tanah Galian) yang dinilai tidak sesuai standar teknis konstruksi.

Pantauan awak media Jumat, 14 November 2025 menemukan bahwa material pasir yang digunakan dalam proses pembangunan terlihat seperti tanah Galian, bercampur tanah merah, dan tidak layak untuk dipakai sebagai bahan konstruksi utama. Dugaan ini semakin diperkuat setelah salah satu pekerja di lapangan—yang enggan disebutkan namanya—mengungkapkan bahwa kami hanya seorang pekerja adanya pasir seperti ini kami pakai pak dan tidak tau beli di mana atau siapa yang mengirimnya. 

Proyek yang di biayai dari APBN th 2025 sejumlah Rp. 908. 759.748,- di laksanakan oleh Panitia Pembangunan Satuan Pendidikan ini papan informasi proyek di pasang tersembunyi dan di lokasi, tidak terlihat ada pengawas atau mandor bahkan saat awak media ke pihak sekolah kepala sekolah tidak ada di ruangannya.
Di mana Kwualitas pasir yang digunakan menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. “Pasir ini bukan pasir yang biasanya dipakai untuk bangunan sekolah. Seperti Tanah Galian dan banyak campuran Tanah Merah jelas kekuatannya diragukan,” ujar salah seorang warga saat dimintai komentar.

Prihal dugaan penggunaan pasir tidak standar dalam proyek SDN 1 Keduanan menjadi pengingat pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap pekerjaan konstruksi, apalagi yang berkaitan dengan fasilitas publik. Pembangunan sekolah bukan hanya soal fisik bangunan, tetapi juga menyangkut Kwualitas pendidikan dan kenyamanan peserta didik.

Jika bangunan yang dihasilkan tidak kuat atau cepat rusak, maka siswa yang akan menanggung dampaknya. Ruang kelas yang retak, dinding yang mudah rapuh, hingga risiko keselamatan saat belajar bisa terjadi. Hal ini tentu bertentangan dengan semangat pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerah.
“Harapan masyarakat sederhana, bangunan sekolah ini benar-benar kokoh, aman, dan nyaman untuk anak-anak. Jangan sampai mereka jadi korban karena ada pihak yang bekerja tidak sesuai aturan,” ungkap seorang wali murid.

Dugaan penggunaan pasir asal-asalan dalam proyek revitalisasi SDN 1 keduanan-Depok telah membuka mata masyarakat tentang pentingnya pengawasan ketat dalam setiap proyek pembangunan. Proyek yang seharusnya menjadi kebanggaan daerah justru menimbulkan rasa was-was akibat rendahnya kualitas material yang digunakan.

Masyarakat kini menunggu langkah konkret dari Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon dan pihak pengawas proyek untuk memastikan bahwa Dana pembangunan benar-benar digunakan sesuai peruntukannya. Transparansi, pengawasan yang ketat, serta penegakan aturan menjadi kunci agar proyek revitalisasi ini bisa menghasilkan bangunan berkualitas dan bermanfaat bagi dunia pendidikan di masa depan.

Bung Arya

Posting Komentar

0 Komentar

Viewers