![]() |
Dua warga menjadi korban: Bayu Fadilah, pemuda asal Kp. Tambun RT 013/005 Desa Karangharja, dan Dewi Pratiwi, ibu muda asal Kp. Kendayakan RT 002/002 Dusun II, Desa Sukakarsa |
Liputan12.com
Bekasi │ Dunia kesehatan Kabupaten Bekasi
kembali diguncang oleh kasus dugaan malapraktik medis di RSUD Cabangbungin. Dua
warga menjadi korban: Bayu Fadilah, pemuda asal Kp. Tambun RT 013/005 Desa
Karangharja, dan Dewi Pratiwi, ibu muda asal Kp. Kendayakan RT 002/002 Dusun
II, Desa Sukakarsa.
Bayu Fadilah, yang awalnya didiagnosa menderita DBD, justru
mengalami nasib tragis: kehilangan bola mata sebelah kanan. Dari diagnosa yang
berubah-ubah hingga tindakan medis yang berujung cacat permanen, kasus ini
meninggalkan luka yang tak hanya di tubuh, tapi juga di jiwa.
Tak kalah mengejutkan, Dewi Pratiwi menjalani operasi sesar
tanpa persetujuan keluarganya. Tindakan sepihak ini jelas bertentangan dengan
etika medis, menabrak prosedur hukum, sekaligus meninggalkan trauma mendalam
bagi keluarga.
Menyikapi peristiwa memilukan tersebut, Ketua Umum Asosiasi
Keluarga Pers Indonesia (AKPERSI), Rino Triyono, S.Kom., S.H., C.IJ., C.BJ.,
C.EJ., C.F.L.E., bersama Ketua DPD AKPERSI Jawa Barat, Ahmad Syarifudin, turun
langsung ke rumah para korban pada Minggu (24/8/2025).
Dalam kunjungan itu, Rino Triyono tidak bisa menyembunyikan
rasa marahnya.
“Ini sudah keterlaluan! Negara tidak boleh tinggal diam ketika rakyat menjadi korban malapraktik. RSUD Cabangbungin harus bertanggung jawab penuh, jangan ada lagi permainan atau upaya menutup-nutupi kebenaran,” tegas Rino dengan nada lantang.
Sementara itu, Ahmad Syarifudin menyebut kasus ini sebagai
tamparan keras bagi dunia kesehatan di Jawa Barat.
“Ini menyangkut nyawa, menyangkut masa depan warga. Negara wajib hadir! Kami menuntut aparat penegak hukum bertindak tegas. Jangan biarkan korban berjuang sendirian,” serunya.
Apa yang menimpa Bayu dan Dewi bukan hanya soal etika,
tetapi juga melanggar Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan,
antara lain:
Pasal 58 ayat (1): Pasien berhak memperoleh informasi
tentang tindakan medis yang akan dilakukan, termasuk risiko dan alternatifnya.
Pasal 59 ayat (1): Tindakan medis hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan pasien atau keluarga terdekat (informed consent).
Pasal 65: Pasien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan tidak diskriminatif.
Dengan diagnosa yang keliru hingga berujung pada hilangnya
bola mata pasien, serta operasi tanpa persetujuan keluarga, maka dugaan
pelanggaran hukum semakin terang benderang.
Dalam kondisi penuh luka, Bayu Fadilah menyampaikan
permintaannya secara khusus kepada Gubernur Jawa Barat dan Presiden RI.
“Saya mohon dengan sangat kepada Bapak Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi dan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, tolong dengar jeritan kami. Kami rakyat kecil hanya ingin keadilan dan perlindungan. Jangan biarkan penderitaan kami diabaikan,” ucap Bayu dengan suara terbata.
Senada dengan itu, Dewi Pratiwi juga berharap agar
pemerintah tidak tinggal diam atas apa yang menimpanya.
Kasus RSUD Cabangbungin ini adalah alarm keras bahwa mutu
pelayanan kesehatan tidak boleh lagi main-main dengan nyawa rakyat. AKPERSI
menegaskan, pihaknya akan mengawal kasus ini hingga tuntas.
“Kami tidak akan berhenti sampai kebenaran ditegakkan dan korban mendapat keadilan. Ini bukan hanya tentang Bayu dan Dewi, ini tentang harga diri bangsa: apakah negara berpihak pada rakyatnya atau membiarkan rakyat kecil dikorbankan oleh kelalaian?” pungkas Rino Triyono.
0 Komentar