Bupati se-Provinsi Jawa Barat Hadiri Peresmian Masjid Raya Al Jabbar Bandung

Liputan12.com

BANDUNG-LIPUTAN12.COM

Masjid Raya Al Jabbar di kawasan Gedebage, Kota Bandung diresmikan hari ini, di gelar dengan rangkaian acara bertajuk ‘Jabar Bertasbih’ di isi dengan berbagai kegiatan seperti Tabligh Akbar, Sholat Jumat, Tausiyah, hingga gelar produk UMKM. Peresmian dilakukan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Sebanyak 7000 undangan menghadiri kegiatan tersebut diantaranya Duta Besar beberapa negara sahabat, beberapa menteri, Forkopimda Jabar, Para Bupati se-Provinsi Jawa Barat termasuk Bupati Kuningan Acep Purnama menghadiri langsung di lokasi, tokoh agama dan lainnya.Jumat,( 30/12/2022 )

Peletakan batu pertama Masjid Raya Al-Jabbar terjadi pada era Gubernur Ahmad Heryawan, tepatnya pada 29 Desember 2017. Kemudian desainnya hasil karya Ridwan Kamil waktu menjabat sebagai walikota Bandung pada tahun 2015 -2017. Dan, peresmiannya dilakukan di era Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada hari ini, Jumat 30 Desember 2022.

Sejak peletakan batu pertama hingga peresmian, proses pembangunan Masjid Al Jabbar, masjid yang terletak di Jalan Cimencrang No.14 Gedebage Kota Bandung, memakan waktu sekitar 5 tahun. Masjid Raya Al-Jabbar merupakan masjid raya di bawah pengelolaan pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Masjid yang menggunakan konsep tanpa kubah dan memiliki ornamen berupa atap tumpuk berbentuk kerucut yang dilengkapi kaca berwarna-warni, diharapkan menjadi sentra dan ikon kegiatan keagamaan di Jawa Barat. Apalagi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk muslim terbesar.

Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil– menceritakan, dirinya membutuhkan proses panjang dalam merancang desain Masjid Al Jabbar. Selain berkontemplasi, ia melakukan riset untuk memperkaya imajinasinya. 

Hingga akhirnya, Kang Emil terinspirasi dari ilmu matematika Aljabar dalam mendesain Masjid Al Jabbar. Menurutnya, penemu Aljabar, Al-Khawarizmi, merupakan ilmuwan yang mampu membangkitkan peradaban melalui ilmu matematika. 

Selain dua hal tersebut, Al Jabbar merupakan asmaul husna yang berarti Maha Berkehendak. Tiga hal itu, kata Kang Emil, terkandung sekaligus dalam nama Masjid Al Jabbar. 

“Saya berimajinasi kemudian berkontemplasi. Butuh riset juga. Jadi, sebulan itu tidak ada ide. Akhirnya, karena Jabar adalah Jawa Barat, Aljabar juga matematika, sehingga gagasan besarnya adalah mengambil inspirasi dari rumus matematika,” kata Kang Emil. 

Kang Emil tidak menampik bahwa desain Masjid Al Jabbar sangat rumit dan sulit untuk terwujud. Namun, ia punya keyakinan besar bahwa imajinasi yang rumit tersebut dapat menjadi kenyataan apabila diterjemahkan dan dituangkan dengan sebaik-baiknya. 

“Diimajinasi saya agak rumit. Bentuk-bentuk yang melengkung-lengkung dengan berbagai variasi itu tidak mudah diwujudkan kalau menggunakan teknik membangun biasa,” ucapnya. 

Maka, kata Kang Emil, pencarian teknik dan material baru untuk membangun Masjid Al Jabbar dilakukan. Akhirnya, sejumlah teknik dan material baru pun ditemukan. Hal itu menjadi ilmu baru sekaligus memperkaya dunia arsitektur masjid. 

“Jadi masjid ini memberikan ilmu baru, cara membuat bentuk-bentuk lengkung yang biasanya susah menjadi lebih mudah. Makanya saya yakin kontraktor di sini punya pengalaman luar biasa, menemukan cara-cara baru,” tuturnya. 

“Hidup kita kan berimajinasi. Kita melihat masa lalu sebagai cermin, kita bertindak hari ini, kemudian kita mendesain masa depan,” imbuhnya. 

Konsep dari bangunan Masjid Al Jabbar sendiri berasal dari rumus matematika yang identik dengan rumus aljabar. Ini terlihat dari ornamen rumit namun indah. Ilmuwan matematika dunia juga bernama Aljabar. 

Al Jabbar juga merupakan salah satu nama dari asmaul husna yang dituliskan di bagian mihrab masjid.

“Al Jabbar juga nama asmaul husna yang kita tuliskan di mihrab yang artinya agung. Kebetulan juga Al Jabbar bisa jadi singkatan Jawa Barat, jadi sudah takdirnya namanya berjodoh,” ungkapnya.

Masjid Al Jabbar juga dikonsepkan memiliki 27 pintu yang menyimbolkan 27 kabupaten/kota di Jabar. Ukiran batik dari 27 pintu tersebut berbeda-beda sesuai kekhasan masing-masing daerah.

“Ada pintu-pintu yang menyimbolkan 27 kabupaten kota, ukiran batik dari pintu tersebut beda-beda sesuai khas daerahnya, jadi 27 wilayah ini terwakili ke Jawa Baratannya,” ujar Ridwan Kamil. 

Adapun kapasitas masjid Al Jabbar dapat menampung 20 ribu jamaah hanya untuk lantai bawah. Untuk lantai atasnya yang mayoritas dipergunakan untuk jamaah perempuan mampu menampung hingga 3.000 orang. 

Di area Alun-alun pun dapat digunakan untuk salat karena sudah dipasang garis shaf shalat yang bisa menampung hingga 20 ribu jamaah.

“Jadi kapasitas masjid ini adalah 50 ribu jemaah, sudah seperti stadion,” ucap Ridwan Kamil.

Selain itu, menurut Ridwan Kamil, masjid al Jabbar juga didesain ramah lansia dan disabilitas.

Artinya, meski orang usia lanjut yang kemampuan fisiknya sudah lemah atau terbatas masih bisa melaksanakan ibadah di masjid ini. Karena semua fasilitas di sini mudah digunakan oleh lansia dan disabilitas. 

“Ada akses ramp dan 2 lift yang memadai, ada ruang wudhu dan toilet khusus difabel juga,” ucap kang Emil.

Setelah diresmikan, Gubernur Ridwan Kamil mengajak kepada masyarakat untuk rutin berkegiatan di Masjid Raya Al Jabbar karena selain beribadah, masjid ini juga menjadi tempat wisata religi yang akan menambah wawasan. 

“Saya tidak mau membangun masjid, tapi tidak makmur. Jadi silahkan nanti berkegiatan di situ,” ajaknya. 

Ia menyampaikan pula, Masjid Al Jabbar menjadi bukti, bahwa pembangunan tak hanya urusan duniawi, melainkan juga spiritual. Visi Jabar Juara Lahir Batin bermakna bahwa dunia diurus, akhirat juga dipersiapkan. 

“Hidup bukan hanya urusan duniawi. Juara lahir batin artinya dunia diurus, akhirat juga dipersiapkan,” tuturnya. 

Manajer Produksi Proyek Pembangunan Masjid Al Jabbar Affy Primadhian mengamini pernyataan Kang Emil tersebut. Menurutnya, ada banyak tantangan sekaligus keistimewaan dalam Masjid Al Jabbar. Salah satunya, bangunan utama tanpa tiang tengah. 

Affy Primadhian menuturkan, ada banyak tantangan yang dihadapinya. Namun, perlahan dan pasti, satu per satu konstruksi Masjid Al Jabbar dapat terealisasi sesuai dengan harapan. 

“Tantangannya banyak sekali karena desain yang diberikan Pak Ridwan Kamil ini sangat unik. Jadi bagi kami pelaksana konstruksi harus benar benar berpikir bagaimana caranya mewujudkan bentuk yang diharapkan,” ucapnya. 

“Saya sendiri pada waktu melihat desain awal, saya berpikir keras, ini suatu tantangan buat kami. Begitu ini menjadi kenyataan sebuah kebanggaan bagi kami sendiri untuk bisa merealisasikan apa yang didesain oleh Pak Gubernur menjadi bangunan yang epik,” imbuhnya. 

Sementara itu, Pimpinan PT Urbane Indonesia, Reza Achmed Nurtjahja yang terlibat dalam tim desain awal bersama Senior Arsitek Urbane Indonesia Bayu Wahyudin (Alm.) mengatakan bahwa perjalanan desain Masjid Al Jabbar cukup panjang dan rumit. Ada banyak diskusi dan kolaborasi untuk menerjemahkan sketsa dan gagasan Kang Emil. 

“Jadi dari coretan tangan. Kemudian kita modelling dengan komputer, dengan parametrik, sehingga setiap titik itu bisa ketemu, dan ada rumusnya, dan itu yang terus dielaborasikan oleh Tim Urbane Indonesia,” kata Reza. 

Reza mengatakan, selain usaha yang maksimal, kolaborasi menjadi hal krusial dalam merancang desain sekaligus membangun Masjid Al Jabbar. Dengan kolaborasi, semua tantangan mampu terjawab dengan sebaik-baiknya. 

“Imajinasi itu tentunya tidak hadir begitu saja sampai jadi kenyataan, itu diperlukan suatu usaha, suatu kolaborasi, tidak hanya sendirian, tapi tentunya kolaborasi dengan tim lain,” ucapnya. 

“Risetnya macam-macam, dari konseptual, kemudian riset di engineering, itu memerlukan kolaborasi. Riset pada material kita perlu kerja sama dengan beberapa produk material, vendor-vendor dihadirkan, sehingga mereka mempunyai detail yang cukup bagus, sehingga tidak terjadi permasalahan-permasalahan,” tambahnya. 

Gubernur Jawa Barat terdahulu, Ahmad Heryawan menyatakan bersyukur akhirnya pembangunan Masjid Raya Al Jabbar Provinsi Jabar segera berfungsi melengkapi kawasan danau retensi pengendali banjir di kawasan Bandung Timur. 

Pembangunan masjid yang akan menjadi ikon masjid terbesar di Jabar itu menurutnya sangat memakan waktu, tenaga, pikiran, dan tentunya anggaran yang sangat besar, sehingga selesainya pembangunan patut disyukuri. 

Ahmad Heryawan menyatakan sudah sepantasnya Jawa Barat memiliki sebuah masjid yang sangat besar yang mewakili jumlah penduduk muslim di Jabar yang paling banyak di tingkat provinsi. 

“Mudah-mudahan ini akan mewakili sebagai masjid terbesar di Jawa Barat dan teramai jamaahnya sesuai dengan jumlah penduduknya yang terpadat,” ujarnya. 

Ia berharap, Masjid Al Jabbar akan merealisasikan tujuan pembangunan manusia Jawa Barat yang seutuhnya. Selain terciptanya kesejahteraan dan rasa aman, harus pula dipikirkan penghambaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

“Masjid ini menjadi simbol pembangunan manusia seutuhnya bagi masa depan Jawa Barat,” tuturnya. 

Bupati Kuningan Acep Purnama mengapresiasi hadirnya Masjid Al Jabbar. Ia memuji Gubernur Ridwan Kamil yang bisa mewujudkan masjid megah sekaligus merancang bangun. 

“Banyak pemimpin dunia hanya bisa membangun, tapi bukan arsiteknya. Ini masjid luar biasa, jarang pemimpin yang memiliki kemampuan merancang masjid,” tuturnya. 

Sementara itu, Bupati Acep berharap Masjid Al Jabbar tak hanya menjadi ikon Jawa Barat, melainkan juga dunia internasional. DMI Jabar berharap Al Jabbar bisa menjadi rujukan masjid lain sebagai masjid yang ramah anak, dan memiliki fungsi sosial. 

Selain itu juga melahirkan wirausaha, dakwah dan hukum, pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah, hingga pengelolaan lingkungan.

Acep berharap mahakarya ini tak hanya dijadikan kebanggaan warga Jawa Barat, melainkan juga dunia internasional. 

“Kami mengapresiasi dibangunnya Al Jabbar, semoga tak hanya jadi ikon Jabar, melainkan juga memberikan kontribusi kehidupan beragama,” ujarnya. 

Menurutnya, masjid ini bisa jadi sarana edukasi warga muslim untuk mempelajari khazanah Islam baik dunia, maupun Jawa Barat. 

“Pengunjung akan mendapat oleh-oleh sejarah, gambaran Islam masuk Jawa Barat,” ungkapnya. 

Masjid Raya Al Jabbar di Kecamatan Gedebage Kota Bandung ini dirancang sendiri oleh Ridwan Kamil. Al Jabbar berdiri di atas kolam retensi seluas 25,997 hektare. 

Istimewanya, di bawah Masjid Al Jabbar terdapat Museum Digital Rasulullah pertama di Indonesia. Ada pula museum lahirnya Islam Nusantara serta perkembangan Islam di Jabar. Masjid berkapasitas 10.000 jemaah di dalam itu juga dikelilingi taman tematik 25 Nabi dan Rasul

( Andri Korwil )

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama