PELAKSANAAN SKRINING KESEHATAN JIWA DAN NAPZA DISEKOLAH SMAS AL-ARIFIN CANGAK


 Sampang, Program Skrining Kesehatan Jiwa dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) pada remaja, kembali dilakukan oleh Puskesmas Tamberu Barat Sokobanah Sampang di SMAS Al-Arifin Cangak, Senin (11/08/2025).


Penanggung jawab program kesehatan jiwa, dr. Jefri Wakika selaku Kepala Puskesmas Tamberu Barat, menyampaikan bahwa salah satu tujuan program ini adalah untuk mendeteksi masalah kesehatan jiwa pada remaja, sehingga apabila ditemukan gejala maka bisa diantisipasi sedini mungkin. Jadi sebelum terlalu jauh, sudah kita antisipasi, kata dr. Jefri.

Pada program tersebut, para pelajar di SMAS Al-Arifin Cangak diberikan sosialisasi pentingnya soal kesehatan jiwa dan NAPZA lalu dilakukan skrining dengan menggunakan aplikasi SIJIWA. Apabila hasil skrining tersebut sudah diambang batas, maka akan dilakukan konseling di Puskesmas Tamberu Barat oleh petugas yang sudah terlatih.


“Jika setelah konseling tidak membaik, baru dirujuk kedokter spesialis,” ucapnya.

Program ini dihadiri langsung dr. Dendhy R.,Sp.KJ. selaku petugas dari Poliklinik Kesehatan Jiwa yang melibatkan tenaga kesehatan dari Puskesmas Tamberu Barat yang terdiri dari dokter dan perawat. Hal ini tentu saja diharapkan dapat menurunkan angka gangguan kesehatan jiwa pada remaja yang masih cenderung tinggi.


dr. Dandhy mengungkapkan untuk skirining ini digunakan alat skrining berupa Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) dan Children's Depression Inventory (CDI). Kegiatan ini dilakukan karena Kab. Sampang sebagai wilayah urban menjadi titik temu berbagai budaya.


Berdasarkan skrining dengan CDI, 30 persen siswa berpotensi depresi. "Ini baru berpotensi lho ya, belum terdiagnosis," kata dr. Dandhy usai temu media dalam tema Skrining kesehatan jiwa dan NAPZA di Aula SMAS Al-Arifin Cangak.

Selain itu, diketahui bahwa lebih dari 10 persen siswa mengalami gangguan emosional. Pada remaja yang berprestasi, gangguan emosional di antaranya dipicu oleh teman lain yang bolos sekolah, kerap disebut 'Makan Teman' ketika mengumpulkan tugas, dan perasaan tidak nyaman dan lain sebagainya.


Dalam wawancara yang dilakukan, dr Dandy menyebut bahwa si remaja merasa serba salah. Sementara pada remaja dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, problem gangguan emosional kebanyakan terkait antar group mereka.


Nah, hasil skrining akan diinfokan ke pihak sekolah ini, untuk itu, dr. Dandhy dan tim Puskesmas Tamberu Barat berharap ada kebijakan terkait kesehatan jiwa remaja, misalnya saja ada pelatihan Psychological First Aid (PFA) untuk guru.


"Dari skirining ini kan kita tampilkan emergency, apakah next Kemenkes akan membuat MOU dengan Kemendikbud supaya Kemenkes lebih mudah masuk ke ranah pendidikan. Ketika ada MOU misalnya, kan ada program yang lebih resmi," tutur dr. Dandy.

dr. Dhandy menekankan pentingnya mencari pendekatan yang cocok untuk tiap program. Misalnya, anak bisa dilatih untuk menjadi pribadi yang tangguh meskipun memang kepekaan orang tua juga penting. Tetapi, dalam melakukan hal itu mesti dilihat juga bagaimana kondisi ekonomi siswa.


"Jadi ada pendekatan ke orang tua dan diharapkan agar ada keterlibatan mereka yang lebih. Atau, orang tua yang penting tahu tapi di sekolah ada upaya yang dibuat. Pada prinsipnya, upaya promotif dan preventif tidak hanya dilakukan pihak sekolah tetapi juga dalam keluarga," kata dr. Dandhy.


Skrining ini pun akan tetap berlanjut dan saat ini, dikatakan dr Dandhy tengah dilakukan proses penggalian data-data.

Posting Komentar

0 Komentar

Viewers